Tembok Yang Dlihat Dari Perspektif Pada Pink Floyd

pinkfloyd-co – Roger Waters merupakan orang yang luar umum mengesalkan. Paling tidak sedemikian itu bagi rekan- rekan satu band- nya, David Gilmour, Nick Mason, serta Richard Wright. Waters, tutur mereka, merupakan wujud keras kepala yang ingin berhasil sendiri. Pink Floyd merupakan suatu tim nada yang tidak bersedia dilekang era. Bukan tidak dapat, betul. Tidak ingin. Tidak bersedia. Mereka, dengan keras kepalanya lalu berupaya supaya senantiasa relevan. Seperti itu agaknya kenapa mereka senantiasa berani mengeluarkan album semenjana The Endless River pada 2014 kemudian.

Tembok Yang Dlihat Dari Perspektif Pada Pink Floyd – Faktanya merupakan, Pink Floyd telah lama bubar jalur. Mereka memanglah sedang mengeluarkan album serta giat melaksanakan rekreasi sampai dekade 1990- an, namun semenjak Roger Waters( di) pergi( kan) pada pertengahan 1980- an, Pink Floyd telah tidak lagi( betul- betul) relevan. Syukurnya, saat sebelum dengan cara efisien menyudahi jadi relevan, Pink Floyd dengan aturan komplit luang mengeluarkan suatu buatan monumental berjudul The Wall..

Tembok Yang Dlihat Dari Perspektif Pada Pink Floyd

Tembok Yang Dlihat Dari Perspektif Pada Pink Floyd

Saat sebelum masuk lebih jauh hal The Wall, aku mau menjelaskan kalau tidak sekali juga aku berarti berkata Pink Floyd menyudahi jadi band hebat sehabis The Wall. Cuma saja, album rilisan 1979 itu merupakan suatu magnum opus yang bisa dengan gampang mengisap energi raih dari album- album mereka setelahnya, mulai dari The Akhir Cut( 1983) hingga The Division Bell( 1994). The Wall sendiri bukan betul- betul album terakhir Pink Floyd bersama Roger Waters. The Akhir Cut merupakan album pamungkas Waters bersama band asal Inggris itu. The Wall, semacam namanya, menceritakan mengenai tembok. Suatu arsitektur abstrak yang dibentuk oleh si protagonis dalam drama ini: Pink. Pink sendiri merupakan seseorang rockstar yang tidak aman dengan ketenarannya. Ditinggal mati bapaknya kala sedang anak, Pink berkembang jadi seseorang laki- laki lemah yang memiliki kecondongan menderita oedipus complex. Pink yang dalam film( 1982) diperankan oleh Sir Bob Geldof– vokalis Boomtown Rats serta penggagas Live Aid– memanglah memiliki jalinan dan ketergantungan penuh emosi yang tidak alami dengan ibunya. ” Mother, do you think theyll try to break my balls? Ooh, ahh, mother, should I build the wall?” Kebingungan itu setelah itu dijawab si bunda dengan perkata semacam ini: ” Hush now, baby, baby, dont you cry. Mamas gonna make all of your nightmares come true.

Mamas gonna put all of her fears into you. Mamas gonna keep you right here under her wing. She wont let you fly but she might let you sing. Mamas gonna keep baby cozy and warm. Ooh, babe, ooh, babe, ooh, babe. Of course Mamas gonna help build the wall.” Kepribadian Pink ini sendiri kabarnya ialah kombinasi dari kepribadian Roger Waters serta vokalis otentik Pink Floyd, Syd Barrett. Ada pula, Barrett sendiri diketahui selaku wujud yang jauh dari tutur normal. Hingga kepergiannya pada tahun 2006 kemudian, Barrett senantiasa diketahui selaku” Crazy Diamond” yang tidak sempat sanggup bercahaya.

Baca Juga : Album Band Mecano Yang Legendaris Di Negara Lain

Kacaunya kehidupan Pink kala berusia, tidak hanya sebab kematian papa serta overprotective- nya si bunda, pula diakibatkan oleh perlakuan guru- guru di sekolah yang– meminjam perkata Waters sendiri– senantiasa memakai” dark sarcasm” serta” thought control”. Sehabis kesimpulannya ia berkembang berusia, Pink jadi tidak mempunyai injakan yang kokoh sebab tadinya, ia senantiasa terbiasa dipegangi, disuapi, apalagi diperlakukan dengan cara tidak elok. Ia memanglah kesimpulannya menikah, namun pernikahannya itu selesai getir.

Kesimpulannya, Pink juga kian karam dalam kesusahan di alam pikirnya serta lalu menaikkan” tembok” yang telah mulai ia bangun semenjak anak- anak. Di dalam tembok itu, ternyata jadi nyaman, Pink malah kian tidak pasti. Di dalam kungkungan tembok yang ia bangun sendiri, Pink setelah itu karam dalam suatu khayalan buas. Di sana, ia berfantasi jadi wujud semacam Hitler serta konser- konsernya merupakan neo- Nazi rally.

Seluruh orang berupaya buat menghasilkan Pink dari tembok itu. Sayangnya, Pink telah bablas” comfortably numb” di suasana itu. Semua itu berlanjut hingga akhirnya Pink sadar bahwa hanya dia yang bisa mengeluarkan dirinya dari tembok imajiner tersebut. Dalam film digambarkan akhirnya Pink diseret ke pengadilan karena neo-Nazi rally tadi dan diberi hukuman oleh hakim untuk “tear down the wall”. Merubuhkan temboknya.
Pada tahun 1989, sepuluh tahun usai album “The Wall” dirilis, sebuah tembok yang menjadi pemisah antara Barat dan Timur dirubuhkan. Tembok yang dimaksud adalah Tembok Berlin.

Baca Juga : Saat Pink Floyd Meluruh Album The Dark Side of the Moon Malah Melejit

8 bulan sehabis Tembok Berlin dirubuhkan, Roger Waters, bersama sekumpulan musisi, semacam Scorpions, Cyndi Lauper, Van Morrison, serta Sinead OConnor mengggelar konser berjudul” The Wall: Live in Berlin”. Konser itu sendiri diselenggarakan buat memperingati unifikasi Jerman serta menerangkan kalau tembok, walaupun guna aslinya merupakan selaku penjaga, pada kesimpulannya dapat pula bertabiat merusak.

Bila, katakanlah, Pink tidak memilah buat membuat tembok abstrak itu, agaknya hidupnya dapat lebih terasa mengasyikkan. Awal mulanya, ia membuat tembok itu sebab ia khawatir disakiti. Hendak namun, kala tembok itu kian melambung serta melambung, malah beliau jadi pangkal dari seluruh teror yang memporak- porandakan isi kepala Pink. Kala, pada kesimpulannya, tembok itu dirubuhkan, kemudian Pink dapat mulai betul- betul hidup.

Seorang yang mempunyai guncangan memanglah memiliki kecondongan lebih besar buat memakai tembok selaku” coping mechanism”. Alasannya, membuat tembok semacam ini memanglah lebih gampang untuk mereka( ataupun kita). Pink, pada kesimpulannya, aman sehabis merubuhkan tembok. Bisa jadi memanglah orang semacam itu tidak dapat diselamatkan bila ia tidak ingin diselamatkan. Hendak namun, kewajiban kitalah buat tidak sempat sejengkal juga meninggalkan mereka yang memilah buat membuat tembok. Ketuklah, gedorlah, tembok- tembok itu, saat sebelum telanjur.